Sabtu, 28 April 2012

"The Journey"

Hari demi hari, waktu demi waktu... 
Hampir menginjak umur 21 tahun namun masih 2 bulan lagi... 

***
Umur 5 tahun itu saya hidup bersama ayah dan ibu di sebuah rumah yang sangat sederhana. Tidak jauh dari pantai si malin kundang. Ayah terlihat biasa saja karena memang biasa - biasa saja. Hingga saya lupa apakah saya pernah mempunyai ayah ? Yang saya ingat hanya ibu. Ibu yang bertubuh kecil dengan kekuatan luar biasa. Saya tidak paham akan kejadian - kejadian ketika saya umur 5 tahun. Itu terlewati begitu saja seperti mimpi yang datang ketika tidur namun mampu membangun karakter saya hingga kini. Bahkan sampai di umur 7 tahun, saya masih bingung membedakan mana kakak pertama dan mana kakak kedua lalu ketiga. Ironi sekali.. Yang saya kenal hanya Ibu... Ibu yang paling cantik... Tapi saya akrab dengan kedua kakak laki-laki saya yang punya segudang kegiatan dan juga segudang sumber keonaran dalam keluarga. Tapi itu bukan salah mereka.. itu kesahalan ayah kami.. Karena kami tidak merasakan ada campur tangan ayah dalam pembuatan karakter baik kami. Yang ada hanyalah dampak negatif yang membentuk pola pikir kami sehingga kami menjadi sumber keonaran. Bukan memojokkan seorang ayah, namun peran ayah sebagai orangtua memang sangat kami butuhkan. Ya mungkin memang ini sudah garis hidup kami :) syukurnya Tuhan memberi kami IBU. Ibu yang sangat luar biasa, mungkin ibu berhati baja dan bertubuh baja. Tapi ayah baik, sudah berhasil menurunkan bakat seninya kepada saya dan juga sudah membuat saya berpikir jauh ke depan karena masalah - masalah dan cerita - cerita pahit yang diberikannya dan juga yang ditinggalkannya. Terimakasih ayah :) Anda berhasil menguatkan karakter dan mental seisi rumah termasuk saya tentunya :). Saya tidak membenci ayah, sekali lagi terimakasih ayah atas kesempatan hidup bersamamu. Saya mencintaimu ayah :) 
***
Duduk di sekolah dasar, saya hanya menjadi anak yang sangat cengeng. Tidak bisa lepas dari ibu. Takut kehilangan ibu dan tidak ingin jauh-jauh dari ibu. Kini saya tau bahwa ketika itu saya mengalami masa di mana saya berada ditengah-tengah antara Real dan Simbolik. Saya tidak bisa membedakan bahwa saya sebenarnya berada di wilayah Simbolik dan ingin kembali ke wilayah Real (dimana saya masih berada di rahim ibu) sehingga saya mengalami TRAUMA. Hal yang tidak pernah saya lupakan seumur hidup adalah ketika kelahiran keponakan pertama saya di negeri kincir angin. Rasanya itulah masa dimana hidup memihak kepada saya, ketika kaki ini untuk pertama kalinya menginjak tanah penjajah. Terasa singkat, namun pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup karena telah berkontribusi terhadap hidup saya hingga detik ini. Otak saya menyerap apa yang saya lihat dan merekam semua pengalaman yang saya dapatkan, membuat karakter lebih terbentuk dengan jelas dan itu adalah hal yang luar biasa. Saya tidak akan pernah bisa mengungkapkannya dalam blog ini. Ditengah-tengah perjalanan hidup di negeri kincir angin, sebuah kabar pada sore itu membuat suasana rumah kakak perempuan saya di kota den haag berubah menjadi suasana duka. Entah mengapa, saya tertawa dan akhirnya saya sadar bahwa saya sedih diatas tawa. Ayah saya meninggal dunia. Bayangkan bunga tulip yang sedang merekah dan sangat indah dengan udara hangat dan sejuk menemani hari - hari, tiba-tiba saja tersapu oleh topan yang menghabisi seluruh kecantikkannya. Saya melihat ibu duduk di atas sofa kulit coklat menangis tersedu. Ibu kehilangan suami tercinta. 
***
Suatu ketika saya dibingungkan dengan sebuah kondisi keluarga. Bukan keluarga saya (saya, ibu dan ke-3 kakak saya). Keluarga dari ibu yang punya segudang kisah dengan beragam cerita. Sesosok pria, itu adik laki-laki pertama ibu yang ditakuti oleh semua anggota keluarga. Mengapa ia seperti itu ? Hanya itu yang terbesit di kepala saya. Apa dia titisan dewa ? dengan segala kekuasaannya hingga ia mampu berbicara apapun yang ia mau tanpa ia pernah berpikir bahwa banyak kepala yang tersakiti hatinya termasuk saya. Pria itu punya kekuatan yang saya tidak habis pikir dan ingin sekali tidak memikirkannya. Jasanya mungkin tidak akan terbayar oleh kakak saya dan keluarga. Namun salut! salut untuk kakak saya yang bertahan hidup di kerajaannya dan kini dapat menikmati hidupnya sendiri. Ibu saya sangat mencitai adiknya, hingga kami dan saudara-saudara yang lain mengantarnya masuk ke liang kubur dimana itu adalah tempat peristirahatannya yang terakhir. Ketika saya datang kesebuah ruang ICU, untuk pertama dan terakhir saya mencium tangannya dan berkata "saya mencintaimu om" sebelum kepergiannya. Kakak saya yang sampai saat ini berada di negara kincir angin mengirim sebuah pesan singkat di malam pertama kematiannya yang berisi "Alm. Adalah sosok ayah yang kita miliki". Ini akhirnya menyadarkan saya bahwa pria itu telah berhasil secara tidak langsung berperan dalam hidup kami. Karenanya hidup saya, ibu dan kakak-kakak terus berjalan di jalan yang baik dan semakin baik. Thks om :) 

***
Sekolah menengah pertama saya adalah sekolah islam. Yang mewajibkan murid perempuannya menggunakan jilbab. Saya juga memakai jilbab dengan alasan kewajiban sekolah. Pikiran saat itu memang benar-benar pikiran bocah. Yang saya ingat adalah, ketika saya seorang murid yang berasal dari kelas reguler dan disebelah kami adalah kelas plus. Kelas plus merupakan kelas dengan ruangan dan fasilitas yang eksklusif. Awalnya saya ingin masuk di kelas tersebut, namun ibu bilang bahwa ibu tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan saya di kelas tersebut. Kelas tersebut terlalu mahal untuk saya. Akhirnya saya duduk di kelas reguler bersama 40 anak lainnya. Kelas yang hiruk pikuk, panas dan selalu kotor dengan sampah. Ya.. itulah kelas saya. Saat itu saya menyimpan segudang rasa iri terhadap siswa kelas plus yang selalu dibedakan dan dinomer satukan oleh guru. Mungkin karena orangtua mereka mampu membayar lebih dibandingkan dengan orangtua kami (anak-anak reguler). 

***
Kita memang tidak pernah tau rahasia Tuhan. Entah dari mana datangnya jalan itu saya melanjutkan sekolah di sekolah menengah kejuruan (SMK). Sebelumnya saya pernah bilang bahwa saya tidak akan bersekolah di SMK dengan alasan karena saya malu menggunakan pakaian putih dan hitam seperti tahi cicak. Hal itu memang tidak terjadi. Saya sekolah di sekolah kejuruan broadcasting satu-satunya saat itu di Indonesia. Dengan seragam sekolah yang tidak dimiliki sekolah-sekolah lainnya. Fasilitas sekolah yang sangat memadai dibandingkan dengan kelas plus! Saya bangga dan tidak percaya bahwa Ibu mampu menyekolahkan saya di sekolah swasta yang mahal itu. Itulah dimana kehidupan saya dimulai dengan cerita - cerita yang selalu istimewa. Bertemu teman-teman yang tidak terlalu banyak, guru-guru yang berkompeten, kakak-kakak kelas yang unik, dan suasan sekolah yang membebaskan pikiran-pikiran sempit saya. Disinilah diri ini menemukan sahabat, cinta, cinta pertama dan juga ciuman pertama. Blog ini tidak mampu menampung kisah saya ketika saya berada di fase ini. Dan juga di masa itu seiring dengan waktu, saya merasakan sakit kehilangan orang-orang yang saya sayangi. Semua hal yang terjadi dimasa itu sudah membentuk saya hingga saat ini. Kenakalan-kenakalan remaja juga telah saya rasakan betapa semua itu adalah hal yang sangat istimewa di dalam hidup saya. Tuhan memberkati saya. (UNFORGETTABLE)

***
Pilihan setelah itu adalah kuliah. Seni adalah pilihannya. Jakarta Pusat dengan sejuta umat dan hiruk pikuk menjadi sahabat saya hingga detik ini. Akhirnya saya merasakan homesick  dan hanya ingin bersama ibu! Saya sempat merasakan menjadi anak kosan yang liar dan tidak punya aturan hidup. Ibu tidak tau hal ini. Tapi ini adalah pengalaman dan saya tetap merindukan rumah dan ibu. Semester awal kuliah, saya punya pacar. Itu adalah pacar pertama saya. Saya bertemu dengan dia di sekolah broadcasting itu menjelang kelulusan. 9 bulan bertahan akhirnya dia memutuskan hubungan. Ternyata itu mengguncang jiwa saya, percaya atau tidak karena hal itu saya bungkam dengan kenyataan. Hingga saya berjalan seperti mayat hidup yang bergerak dibawa angin. Tiap hari direlung rindu dan nestapa. Itulah rasanya kehilangan orang yang saya cintai pertama kali. MOVE ON! 9 bulan setelah itu saya menemukan obat patah hati yaitu jatuh cinta. 

***
Jatuh cinta LAGI! Mulai memiliki hubungan dengan seorang laki-laki berumur 23tahun. Berasal dari keluarga baik dengan agama yang kuat. Sama-sama masih kuliah namun beda tingkat, jurusan Hubungan Internasional  sampai-sampai ibu saya meletakkan harapan yang besar pada laki-laki berwajah sholeh itu. 1 tahun bersama, dengan berbagai konflik dan rasa yang bertentangan dengan saya. Saya adalah seorang wanita yang ketika memiliki sebuah hubungan khusus dengan laki-laki sepenuhnya menggunakan kasih sayang dan cinta. Memang tolol, tapi itulah saya. Saya bersyukur saat itu, ketika oranglain pacaran di atas motor namun saya di dalam mobil dan bisa bermanja-manja. Itulah yang semua wanita inginkan. Laki-laki itu berani datang ke rumah saya dan bicara kepada ibu saya bahwa ia bermaksud memacari saya! Luar Biasa!!!! Saya bangga!!!! Ibu saya, kakak-kakak saya, dan beberapa om tante mengenalnya dengan baik. Anak berwajah sholeh dan memiliki sikap alim. Oh... Itu idaman! Sayangnya adalah dia mandapatkan seorang perempuan (saya) yang punya cara pikir melenceng dari norma dan menolak gaya hidup adat timur yang penuh dengan kemunafikan. Akhirnya ketimuran laki-laki tersebut kikis ditelan kebaratan yang saya sandang. Intinya adalah sayang dia bersekolah agama dengan baik bertahun-tahun dan akhirnya membohongi dirinya sendiri. Berakhir di suasana yang komplikasi, dia MEMUTUSKAN saya dengan alasan yang penuh keuntungan untuk dirinya sendiri. Untungnya bukan karena orang ketiga, jika karena orang ketiga mungkin saya sudah melemparkan seember tahi ke kaca mobilnya. Saya kembali PATAH HATI!!! oh NASIB! Tapi tidak lebih dari seminggu, saya kembali jalan dengan tubuh tegak menantang kehidupan. Hati ini robek.. Dan cukup dimampusi oleh saya. Saya sudah menyiapkan kekuatan sebelumnya! THK GOD. Ibu mendengar saya putus, Ibu kecewa dan ibu hanya bilang "bukan jodohmu". Ketika ingin memacari anak Ibu dia datang dengan wajah paling tampan untuk minta izin. Setelah ia putuskan dia mengumpat di bawah ketiak ibu bapaknya yang kaya raya. Sampai ibunya mengirimkan pesan singkat yang sangat panjang, dengan isi yang seolah-olah saya bukan orang yang pantas berada di keluarga. Hoh!! Keluarga yang beragama dengan segudang ilmu agama yang anda ketahui, sayangnya ada telah gagal mendidik anak anda dengan agama. Karena anak laki-laki anda telah mendustakan dan meludahi anda :)  

***
Patah hati lagi. Namun inilah dorongan diri saya menguasai diri saya. Satu bulan bayangan laki-laki itu sirna ditelan waktu. Diri saya semakin kuat, dengan sisa yang saya miliki. Saya sudah menyiapkan sebelumnya, jika suatu saat nanti sisa diri ini tidak ada yang mencintai dan tidak dapat mencintai, saya akan hidup dengan beberapa ekor anjing di rumah dan segudang kesibukan untuk menghabiskan sisa hidup. Hidup ini terlalu singkat untuk di tangisi! Sejujurnya, saya merasa utuh pisah dengan laki-laki tersebut. Merasa senang dan bahagia karena terlepas dari dogma-dogma!

***
Sudah cukup saya memaki-maki manusia-manusia yang membunuh perasaan saya. Hingga akhirnya hanya diri saya yang menolong diri saya sendiri. Saya melihat tubuh saya tanpa sehelai benang di depan cermin. Memikirkan langkah apa yang harus saya tempuh saat ini untuk hidup saya sendiri. 

*****
Kembali ke saya, saat ini pukul 3.09. Saya mengingat-ingat tentang keluarga saya. Saya tinggal bersama ibu dirumah yang besar ini dengan fasilitas yang memadai. Tahun depan adalah target saya untuk lulus kuliah dan bersiap untuk bekerja disebuah industri yang kejam. Saya pernah bertanya kepada Ibu hal apa yang ia inginkan dalam hidupnya yang sampai sekarang belum tercapai, Ibu menjawab santai "Tidak ada, Ibu telah mendapatkan semuanya". Saya lega mendengar itu. Ibu memang sudah dibahagiakan oleh kakak perempuan saya. Kini saya menjadi orang yang tidak banyak menuntut karena saya sadar bahwa Ibu dan kakak saya telah berjuang membesarkan dan memberikan kebahagiaan untuk saya. Tuhan menyadarkan saya lewat seorang pria matang yang kini menjadi kekasih saya. Kini saya mulai menyiapkan kekuatan untuk diri saya sendiri. Ibu tidak mungkin membiayai saya terus menerus. Kakak saya juga memiliki batasan untuk membantu saya. Jika suatu saat nanti ibu harus ikut bersama kakak saya tinggal di luarkota dan rumah ini bukanlah miliki ibu. Ini milik kakak saya. Mungkin ia akan menjualnya. Mobil yang biasa saya pakai juga miliki Ibu yang dibelikan oleh kakak saya. Betapa Tuhan tidak pernah melupakan saya, Tuhan menguatkan saya lewat pria yang sekarang menjadi kekasih saya dan betapa Tuhan mencairkan hati beku ini dan akhirnya saya terperangah bahwa saya mencintai kekasih saya pada pandangan pertama. Dan dia bukan sembarang pria. Pria biasa yang berkarakter, dia betul-betul menguatkan saya. Padahal saya kuat, namun ketika ia datang kekuatan itu bertambah. Saya tidak mampu menjelaskan siapa pria ini, karena hanya diri ini yang mngerti mengapa saya memilih dia. Dia bukan seorang yang bisa saya bawa kemanapun saya mau karena ketampanannya dan kekayaannya. Itu semua konsumsi pribadi saya. Ini adalah pilihan hidup saya. Saya dan pria ini, hanya kami. 

**********
Keputusannya sebelum hal itu terjadi, saya harus bekerja keras cari uang pagi siang sore malam untuk mencukupi dan membiayai diri saya sendiri. Setelah itu saya akan membeli sebuah rumah sederhana dengan suasana yang tenang. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Didalamnya dipenuhi dengan buku-buku dan dvd-dvd koleksi saya. Sebuah kamar dengan tempat tidur cukup untuk dua orang dengan dekorasi yang hangat dan inspiratif dimana itu adalah tempat saya merebahkan diri saya setelah seharian beraktifitas. Penat dengan pekerjaan, saya akan pergi kebelakang rumah dengan halaman kecil dan kolam ikan kecil yang menyatu dengan rumah saya itu nantinya. Pergi ke dapur untuk menyalurkan hobi masak, lalu membuat sebuah hidangan kecil untuk saya dan kekasih makan malam. Begitu hidup saya terus berjalan dengan sendirinya, dengan bumbu-bumbu masalah hidup yang akan terus ada silih berganti. Hingga pada akhirnya kekasih saya menghubungi saya dan bilang bahwa dia ingin menikahi saya :) Jika ternyata dia tidak menikahi saya, saya tetap hidup dirumah saya dengan sejuta mimpi dan harapan. Rumah yang tidak di ekspose secara gamblang ke saudara-saudara saya dan tidak kesemua teman. Sehingga saya dapat hidup tenang dan tetap bercerita kepada Tuhan betapa saya telah berhasil membahagiakan hidup saya dengan cara saya sendiri karena Tuhan selalu setia bersama dan menemani saya.  

***********************
Tuhan berkati aku. Bantu aku dan Kuatkan aku. 








Kekasih saya selalu menguatkan saya dengan berkata 
-ENJOY THE RIDE BABY-




Love You God, Mom, Sister and You My GA :)