aku bahagia... akurasa tidak... aku tidak cukup bahagia...
aku bodoh ?betul !
aku bodoh, karena aku selalu larut dalam kesedihan. Kesedihan atas kepergian orang – orang yang aku sayangidengan sepenuh hati. Seolah – olah meninggalkan aku sendiri. Aku terlalu banyak menuntut... aku manusia penuntut... aku selalu menuntut kebahagian kepada Tuhanku...
tiada habisnya menuntut, tuntutanku selalu mengulang – ulang hal yang telah terjadi.
Aku menuntut, karena aku iri !!! aku iri dengan sesuatu yang tidak aku miliki tetapi oranglain memilikinya...
Jasad ayahku terkubur bulan april tahun 2001, sebelum hari itu di dalam hatiku masih menyimpan soonggok kebencian kepada beliau. Ada kabar bahwa ayah meninggal dunia. Sedangkan aku dan ibu sedang berada di negara kincir angin. Tiket tidak jadi kami beli, karena ayah beramanat “Tidak perlu mengantarku, dan jangan kunjungin pusaraku. Karena aku selalu ada dekatmu” Aku duduk terdiam disamping ibuku, hati kecilku tiba – tiba menjerit. aku hanya terdiam.
Didepanku ada seorang pria berwajah tampan dengan senyuman tipis dibibir birunya. ingin menggodanya dengan sapaan “mas bem!!!!” sambil menjulurkan lidah dan berjoget – joget seperti ingin diperhatikan olehnya. Itu tidak mungkin aku lakukan, aku tau itu tidak akan terjadi lagi! Penuh orang mengelilinginya tertunduk sambil membaca sebuah ayat yang panjang dan terus berulang – ulang. Tidak berhenti orang – orang keluar masuk ke dalam rumahnya. setiap orang mengusap pundakku dan memelukku sambil berbisik ditelingaku “ Yang tabah yaa”. Terakhir dalam hidupku ketika bersamanya, aku menemani jasadnya yang sudah terbujur kaku. Aku antar dia sampai ketempat peristirahatannya yang terakhir. Suara azan dikumandangkan oleh salah seorang sahabat, saatnya mengikhlaskan kepergiannya karena lubang akan ditutup rapat oleh tanah, sebagai tanda ditancapkan sebuah papan kayu yg bertuliskan sesuatu. Pria tampan yang luar biasa, mas bem. Kakak laki – lakiku. Wafat 16 juni 2005.
Ayah, seorang yang sedikit berbicara. Seseorang yang jarang menunjukkan perhatiannya. Dan dia seseorang yang menurunkan bakat seninya kepadaku. Doanya yang tersimpan dalam nadiku. Maafkan aku ayah, terimakasih atas segalanya.
Tuhan, aku titip doa untuk ayah dan mas bem di surga...
Ayah, aku dulu benci kepada ayah. Setelah ayah pergi, satu persatu ibu menceritakan semuanya tentang ayah. Maafkan aku ayah. Kebencian yang dulu ada kini habis sudah dengan semua cerita ibu. Ayah memiliki hati yang sangat luar biasa. Terimakasih ayah atas segalanya. Aku sayang ayah, aku rindu ayah.
Mas Bem, pasti sekarang udah tenang. Mau cerita banyak, mau cerita semuanya. Sebisa mungkin ade pasti jaga istri dan anak – anak mas bem. Walaupun sekarang mereka pindah kota, mas bem jangan sedih, ade selalu ada deket mas bem. Mas bem maafin ade ya.. ade sayang sama mas bem. Ade janji, suatu saat nanti bawa seseorang pilihan yang terbaik ke pusara mas bem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar