Pernah suatu hari ibu bilang kepada saya..
“nenek itu umurnya sudah lebih dari 60 tahun. Lambat laut sifatnya akan berubah seperti anak kecil”
Memang benar. Hati orang yang sudah tua itu sama halnya dengan hati anak kecil. Semakin tua umurnya semakin terlihatlah sifat serta tingkah lakunya yang mungkin seperti balita bahkan bayi.
Saya ingat saat itu ibu mengatakan pada saat umur ibu 50 tahun.
Nampaknya kini saatnya, saya harus menjaga ibu lebih dari sebelumnya. Umurnya kini 66 tahun. Sudah mulai terlihat tingkah serta sifatnya yang mulai kekanak – kanakan. Kadang segala sesuatu yang dimintanya terlihat tidak masuk akal. Memang tidak setiap saat, tetapi ada saat – saat beliau memang betul – betul tidak ingin ditinggalkan.
Baiklah, mungkin saudara kandung saya tidak terlalu sering bertemu dengan ibu. Lantaran mereka sudah berumah tangga. Yang tau bagaimana perubahan ibu nampaknya memang hanya saya.
Akhir – akhir ini, kemarahannya sering tidak masuk akal. Bukannya saya membela diri tetapi jelas dan nyata bahwa beliau sangat ingin dimengerti. Saya harus benar – benar bisa mengatur waktu. Waktu untuk saya kuliah, bermain berasama teman – teman, menghabiskan waktu untuk diri saya sendiri dan tentunya paling utama untuk ibu saya.
Diumur 19 tahun, mungkin masih terlalu muda untuk mengerti kondisi seperti ini. Saya masih ingin menghabiskan waktu diluar rumah. Banyak sesuatu yang harus saya kerjakan diluar sana.
Tapi ibu memang betul – betul membutuhkan saya. Dulu saya dilarang pergi ataupun tidak boleh pulang larut malam karena memang ibu betul – betul menghawatirkan saya. Dulu saya masih menjadi pelajar yang duduk dibangku sekolah. Saya bisa menerima larangan – larangan ibu kepada saya karena memang itu terbaik untuk saya.
Beda dengan saat ini. Kini ia tidak melarang. Tetapi setiap kali saya minta izin untuk keluar rumah untuk main atau mengurus kepentingan saya, ibu selalu diam. Dan jawaban yang keluar dari bibirnya benar – benar seperti tidak logis ! contohnya, saya harus pergi ke kampus untuk mengurus kuliah saya setelah ujian. Urusan kuliah ? itu memang sesuatu baik tapi lihat apa respon ibu saat ini. Ia diam seolah – olah tidak mendukung. Sekarang sulit baginya untuk menerima keadaan saya yang harus pulang larut malam karena urusan saya yang belum selesai. Setelah saya sampai di rumah, terlihat diwajahnya kalau dia kesal!!! Mulutnya tidak banyak berbicara. Tapi perilakunya terlihat jelas seperti tidak suka!
Dengan badan yang cukup letih, saya keluar dari mobil dan menuju pintu rumah dengan kunci pintu ditangan kanan saya. Belum sampai saya di depan pintu rumah, terdengar dari dalam ada seseorang yang membukakan pintu. Hati saya senang sekali melihat wajah ibu.
Terjadi dialog singkat :
Ibu : kok lama banget sih ? ngapain aja ? *dengan nada kesal
Saya : mom, ade pulang malem karena urusan kuliah selesai sore. Dan kampus ade itu ada di cikini (jkt pusat) sedangkan rumah kita ada di parung (bogor). Waktu tersita lebih banyak diperjalanan.
Ibu : kamu tau kan mami ini udah gak bisa tidur lewat dari jam 10 malam !!!!
Saya hanya bisa diam mengunci mulut serapat – rapatnya. Disaat badan lelah, tersentil suara yang membuat emosi saya terbakar. Saya memutuskan untuk diam dari pada harus membela diri. Kalau saya menjawab omongan ibu, itu artinya akan ada keributan kecil dan akhirnya menyakiti hati ibu saya karena kata – kata saya nantinya. Jadi lebih baik diam, hanya bisa menarik nafas panjang. Batin ini rasanya ingin sekali memberontak. Tapi saya tahan. Beliau adalah ibu saya. Ibu yang sangat saya cintai setalah Tuhan saya.
Ibu masuk kamar lalu mengunci pintu. Begitupun dengan saya. Badan ini letih sekali. Batin dengan hati sedang berperang dasyat nampaknya. Bagaimana tidak, kalimat terakhir ibu sebelum masuk kamar “kamu tau kan mami ini udah gak bisa tidur lewat dari jam 10 malam !!!! “. Itu artinya ibu bisa tidur jam 9 malam. Ibu tidak harus menunggu saya karena saya membawa kunci duplikat pintu rumah. Ibu tidak perlu berkhawatir lebih karena saya pulang pergi tidak menggunakan kendaraan umum. Ibu tidak perlu cemas karena saya tidak menyetir mobil sendirian tengah malam. Ibu dapat memastikan keadaan saya setiap waktu melalui telfon selular saya.
Dengan berjalannya waktu, ibu semakin tua dan kekanak – kanakan. Sedangkan saya semakin dewasa dan harus lebih pengertian.
Apakah teman sebaya saya merasakan hal yang sama seperti saya ?
Bukan tidak terima dengan situasi seperti ini. Saya merasa lebih dibatasi. Rasanya saya tidak dapat melompat lebih tinggi ataupun menari – nari dengan bebas.
Tuhan, saya mencintai ibu saya. Ingin rasanya menghabiskan waktu bersama ibu lebih banyak lagi. Menemaninya dimasa tuanya. Membuatnya selalu tersenyum dan bahagia diumurnya yang sudah semakin tua. Tuhan saya ingin… karena memang hanya ada saya untuk beliau saat ini. Kuatkan saya Tuhan. Kuatkan ibu saya Tuhan. Cinta Tuhan cinta Ibu… terimakasih Tuhan atas segala nikmat serta kesehatan yang telah Engkau berikan kepada ibu tercinta. Terimakasih Tuhan Engkau masih mengizinkan ibu hidup dan dapat menemaniku sampai detik ini. Ampuni semua dosa ibuku Tuhan. aku mencintainya.
like this
BalasHapus