Akhirnya terjawab sudah atas apa yang selama ini dibingungkan. Mungkin ini sudah saatnya untuk ruangi diri sendiri tanpa banyak kata dari mulut yang terucap. Mimpi bukan sembarang mimpi yang mampu dibeli oleh siapapun. Pertengahan tahun 2012 merupakan titik terang atas tahun - tahun sebelumnya yang dilewati begitu saja dan juga dirasakan terlalu dalam untuk hal yang seharusnya tidak.
Lilo membentengi diri sejak awal tahun. Pertengahan mulai goyang dan selamat dari bencana runtuhnya benteng sehingga kini dibangunnya lagi sebuah pondasi kuat dan menancapkan benteng kokoh tahan hujan, panas serta badai. Gemuruh tak juga mereda, ia tidak patah arang untuk terus berjuang.
Adakah perubahan jika tidak ada dorongan dari dalam diri ?
Lilo bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Nampaknya sudah cukup jelas di depan mata bahwa hidup semakin mendekatinya seolah bertanya "hendak kemana kamu Lilo?" suara hidup mulai terdengar dan kuping menyerapnya lalu terekam di kotak memori, hati ikut merasa....
"Hendak kemana hidupku ini?" Lilo bertanya kepada dirinya sendiri sambil menghisap tembakau bercampur menthol alami yang asapnya keluar dari mulut lalu terhirup oleh hidung mengakibatkan rongga parunya nyaman, membuatnya sedikit santai sambil terus berpikir atas pertanyaan yang dilontarkannya tadi.
Ruangan hening dengan cahaya redup, Lilo menutup matanya. Menenangkan pikiran, mencoba berpikir keras tentang hidupnya.
"Jalan-jalan kehidupan"
"Aku bosan dengan gonggongan anjing diluar. Ditambah dengan sautan anjing lainnya".
"Tapi itu makhluk Tuhan".
Lilo membuka matanya, menerangkan cahaya kamarnya. Mencoret-coret sesuatu dia atas kertas putih. Itu hanya sebagai obat penat. Bibirnya lalu tersenyum melihat hasil gambarnya.
"Aku bisa melukismu wahai anjing. Akan ku lukis jua gonggongan itu. Agar nampak lebih merdu".
Coretan itu membuahkan sebuah gambar yang jauh lebih indah dari bentuk aslinya.
"Bagaimanapun, itu tetap makhluk Tuhan. Tetap indah di hadapan Tuhan yang satu".
"Bergonggonglah lebih keras lagi.. Aku mulai terbiasa"
"Lebih kencang dan kencang... hingga kau merasa pita suara-mu mulai menipis. Menipis dan terputus ketika kalian melihatku bukan lagi sekecil biji kuaci".
"Tanpa kau sadari, gonggonganmu adalah jam waker di atas meja sebelah tempat tidur. Berteriak hingga mata ini terbuka, itu sebagai pengingat bahwa aku harus bangun dan berjalan mencapai tujuanku".
-Bukan sekedar dan sekecil Biji Kuaci-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar